Jumat, 28 Oktober 2011

Bambu


Eksplorasi Bambu dan Pemanfaatan Material Bekas Pada Bangunan

Bambu adalah material utama yang dieksplorasi rumah tinggal ini. Mengapa bambu? Bambu dipilih karena pemilik rumah ingin menggunakan material yang tidak banyak membutuhkan energi dalam pelaksanaannya. Di samping itu sekaligus berfungsi juga sebagai alat untuk mensosialisasikan kemungkinan jenis material alami lain selain kayu untuk bahan bangunan. Tidak seperti pohon kayu yang sekali tebang habis, bambu dapat dipanen setiap 3 tahun sekali dan terus menerus tumbuh selama akaranya tidak ikut dirusak, sehingga bambu dapat cepat diperbaharui, renewable and suistenable material. Bambu sangat mudah diperoleh, terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari segi biaya, bambu lebih murah sedangkan dari segi pelaksanaannya, bambu juga mudah diolah menjadi berbagaijenis bahan bangunan.

Bambu yang digunakan pada rumah tinggal inididapat dari daerah Parongpong, Lembang, Ciwidey dan sekitarnya. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali/apus, bambu temen, bambu petung dan bambu gombong. Sebelum digunakan sebagai bahan bangunan, furnitur maupun elemen estetis, bambu terlebih dahulu dibawa ke workshop untuk diproses terlebih dahulu. Bambu diawetkan dengan cara perendaman dengan campuran 5 % bahan kimia dan 95 % air selama 14 hari, kemudian dikeringkan. Sebagian besar, bambu diolah menjadi bahan bangunan yang dikerjakan langsung di lokasi bangunan. Namun ada juga yang diproses terlebih dahulu di workshop yaitu untuk pembuatan panel lantai bambu dan anyaman gedek bambu.

Aplikasi struktur bambu pada rumah tinggal ini bermacam-macam. Massa bangunan Timur dan massa bangunan Barat menggunakan bambu hanya sebagai struktur utama maupun sebagai dinding pengisi. Bambu gombong atau bambu petung berdiameter 10 – 12 cm dimasukkan ke dalam kolom struktur, kemudian diberi tulangan besi dan dicor beton. Bambu ini dapat mengurangi jumlah cor beton sampai 50 % nya. Teknik ini disebutbamboocrete. Bambu berbentuk anyaman digunakan pada sebagian dinding sebagai pengganti bata atau batako. Anyaman bambu tersebut dilapisi kedua sisinya oleh ram kawat berbentuk “honey”, kemudian diplester dengan finishing kamprot atau acian biasa. Teknik ini disebut plastered bamboo wall yang dapat menghemat biaya dari Rp95.000,00/m2 menjadi Rp72.000,00/m2 dibandingkan dengan dinding batu bata konvensional. Bambu juga digunakan sebagai bahan penutup lantai. Batang-batang bambu dipotong kecil-kecil, kemudian direkatkan satu sama lain sehingga membentuk sebuah panel, disebut laminated bamboo floor.

Selain menggunakan bambu sebagai material utama, rumah ini juga menerapkan konseprecycled materials dengan cara menggunakan material-material bekas yang banyak dijual di pinggiran jalan kota Bandung akibat dari banyaknya bongkaran rumah-rumah jaman Belanda yang dihancurkan oleh pemiliknya untuk diganti dengan bangunan baru. Material bekas yang digunakan di rumah ini adalah balok dan papan rasamala, multiplek, genteng plentong, tulangan besi berbagai ukuran, bongkaran kaca dan sebagainya. Penggunaan material-material bekas ini selain untuk mengurangi limbah terhadap lingkungan juga dapat menghemat total biaya pembangunan sampai 30 %.